Mempercepat Transformasi Digital di Indonesia Menggunakan DevOps

Konsep IT tradisional tidak dibangun untuk dunia baru ini. Mereka diorganisir hanya di sekitar fungsi, jauh dari nilai bisnis dan ter-isolasi, dengan masing-masing kelompok menggunakan alat dan proses yang berbeda. DevOps bukanlah suatu metodologi baku atau proses; DevOps adalah komunitas praktek dan seperangkat prinsip. DevOps sangat berguna dalam mempercepat transformasi digital di suatu organisasi hingga tingkat nasional.

Mempercepat Transformasi Digital Sebelum Mengadakan Era ‘Kota Cerdas’

DevOps juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan, suatu budaya dan sebagainya. Tidak ada definisi baku dari DevOps, hanya saja intinya adalah mengkolaborasikan pengembang dan pengguna atau pihak operasional. DevOps berguna untuk pengembangan infrastruktur IT beserta perangkat lunaknya secara berkelanjutan. Dan secara bersamaan, organisasi dapat melakuka pengujian berkala secara terus menerus. Disamping itu, jika ditemukan suatu kesalahan, maka dengan kolaborasi DevOps perbaikan dapat dilakukan jauh lebih cepat.

Mungkin anda bisa lihat Walikota Surabaya Tri Rismaharini ‘mengamuk’ soal pengurusan E-KTP (September 2016). Yang menjadi sasaran kemarahannya adalah team IT terkait di dinas tersebut. Dengan DevOps, permasalahan tersebut seharusnya tidak terjadi, dan jika pun ‘sengaja’ terjadi maka penyelesaiannya dapat dalam waktu 1 sampai 2 hari.

DevOps memerlukan para praktisi IT yang memiliki keahlian mendalam dalam berbagai bidang yang berbeda. DevOps menyatukan para pengembang dan secara langsung dapat berkolaborasi pada pihak operasional, sehingga umpan balik dari pengujian dapat di terima secara real-time. Bahkan di tingkat perusahaan pun, DevOps merupakan salah satu syarat dalam melakukan transformasi digital. Apalagi era Smart City ? tanpa budaya DevOps terlebih dahulu maka pekerjaan tidak akan bisa selesai cepat. Untuk itu para stake holders juga penting memahami istilah “Transformasi Digital Berkelanjutan”.

Lantas Apa Seluruh Perusahaan Harus Berlaku Seperti Perusahaan Software ?

Kini saatnya anda berhenti bertanya-tanya bahwa bisnis anda akan terganggu. Kenyataannya gangguan dalam bisnis dari sisi IT sering terjadi. Setiap aspek ekonomi dan masyarakat kita sedang diubah oleh transformasi digital. Tak terhitung perusahaan startups global membuat banyak model bisnis baru lebih cepat daripada kebanyakan perusahaan dapat meluncurkan aplikasi baru.

Itu karena setiap bisnis sekarang ini di topang oleh software . Menurut McKinsey, hal tersebut menciptakan putusnya inisiatif dalam perusahaan – dan kadang-kadang tidak kompatibel. Maka semakin banyak perusahaan berusaha menemukan Chief Digital Officer (CDO) atau “transformator in chief”. Untuk menghadirkan integrasi digital di seluruh perusahaan, memaksa CIO tradisional untuk mengejar ketinggalan jika tidak maka ibaratnya mereka hanya akan duduk di pinggir lapangan.

digital road map

Dengan menerapkan budaya DevOps pada manajemen perusahaan anda, pengembangan software tidak lagi menjadi isu. Anda dapat mengambil jasa konsultan IT dalam bidang Development dan Operational Support, alias jasa IT managed services. Sehingga, team IT anda dapat merumuskan rencana pengembangan selanjutnya untuk kepentingan bisnis anda dalam kancah persaingan global.

Apakah Anda menjual jasa perdagangan komoditas dengan kecepatan tinggi atau trading saham, pengalaman pelanggan didorong oleh perangkat lunak. Kecepatan dimana tim mana Anda dapat meghadirkan perangkat lunak baru memiliki kaitan yang erat dengan akuisisi pelanggan dan retensi (pemenuhan kontrak).

Jika perangkat lunak Anda berhenti ketikan ada pengujian; jika Anda tidak dapat mengukur secar efektif dari tes sampai tahap produksi penuh; jika layanan Anda sering terhenti – Anda akan kehilangan pelanggan. Dan ketika itu terjadi, pesaing yang sudah mengatasi pola lama dan belajar untuk beroperasi seperti sebuah perusahaan software yang bergerak cepat akan melompat dan memberikan para pelanggan apa yang mereka inginkan. Disinilah dapat kita pahami manfaat besar DevOps dalam era digital. Jika tidak, anda akan tertnggal jauh oleh para pesaing. Sebagaimana dapat kita lihat perusahan startup seperti Go-Jek dapat menyusul perusahaan kelas berat seperti Blue Bird dalam waktu hanya beberapa tahun saja.

Cara Lama Sudah Tidak Cocok untuk Mempercepat Transformasi Digital

Saluran perubahan ini mendorong CIO untuk merangkul transformasi digital. Mengubah departement IT menjadi, organisasi perangkat lunak inovatif yang bergerak cepat. Hal tersebut merupakan tanggung jawab CIO untuk memberdayakan bisnis dengan teknologi yang dapat membawa perusahaan memenangkan persaingan dan menempatkan perusahaan berada di luar jangkauan para pesaing.

Sebagai CIO, Anda memiliki pilihan: mengabaikan transformasi digital dan gerakan pendukung seperti DevOps, dan mendapatkan gangguan yang tidak relevan – atau berusaha untuk mengerti dengan jelas apa yang dipertaruhkan, dan memimpin organisasi Anda untuk melangkah ke transformasi digital.

“Seseorang bergerak lebih cepat dari Anda, dan mungkin lebih cepat. Seseorang bisa menjadi pesaing, dan jika mereka selalu jauh lebih cepat dari yang Anda lakukan, maka Anda akan semakin tertinggal” – Matt Asay @TechRepublic

Cara-cara tradisional mengelola perangkat lunak dan infrastruktur seperti dengan pertemuan tak berujung, lapisan persetujuan, mengubah backlog tiket dan menumpuk cruft (inefisiensi). Hal tersebut tidak akan dapat memenangkan perusahaan yang sudah berada di cloud, cepat mengadopsi teknologi baru seperti Docker atau manajer container-cluster seperti Kubernetes dan Mesos.

Cara Baru Dalam Transformasi Digital

Departement IT anda perlu untuk merespon dengan cepat perubahan pasar dengan membuat lebih banyak membuat eksperimen lebih cepat dan lebih sering belajar dari umpan balik pelanggan. Kemudian menggunakan pembelajaran yang di dapat untuk secara cepat memberikan fitur baru. Untuk melakukan itu, anda perlu membangun konstruksi untuk perubahan: kemampuan organisasi untuk transisi secara mulus dari praktek saat ini untuk praktek-praktek baru, meninggalkan alat tua dan proses mengadopsi yang baru untuk melayani bisnis lebih baik.

jasa transformasi digital untuk perusahaan dan pemerintahan

Setelah Anda memancang konstruksi untuk perubahan, departement IT menjadi organisasi yang efisien, memiliki standar jelas dan berpikiran maju. Alih-alih menjadi yang terakhir diundang ke pertemuan, Anda malahan dapat memimpin pasar dan mengemudi bisnis. IT harus dapat mempengaruhi pengalaman pelanggan dengan cara yang lebih kuat dan langsung lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh kampanye pemasaran. Pada akhirnya, tidak akan ada satu proyek di perusahaan yang tidak bergantung pada IT sebagai enabler strategis atau pemimpin. Anda akan siap untuk mengatasi gangguan digital yang selalu di hadapi. Dan lebih efektif dalam menciptakan peluang baru bagi perusahaan Anda secaralebih cepat.

Bagaimana Anda dapat bertransisi dari cara birokrasi lama ke kecepatan perubahan yang baru ? Jawabannya adalah DevOps!

Mempercepat Transformasi Digital Tanpa DevOps apa bisa ?

Tentu bisa, namun Anda akan selalu menemui hambatan dan akan terlalu lama dalam menyelesaikan hal tersebut. Pada akhirnya, transformasi digital tanpa pola pikir DevOps (kolaborasi pengembang dan operasional) akan menemui kebuntuan dan kembali lagi ke awal untuk dapat maju kedepan. Sementara itu, perusahaan lain atau negara lain yang dari awal transformasi digital sudah mendaulatkan DevOps sebagai suatu langkah yang di tempuh, sudah terlalu melaju jauh. Oleh karena itu, para CIO perlu memahami dampak transformasi digital dengan baik.

DevOps muncul awalnya di antara para praktisi yang frustrasi oleh cara kerja lama yang sering terhambat dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Tapi banyak manajer IT dan eksekutif tingkat atas juga mengakui sejak awal bahwa DevOps merupakan hasil alami dari metodologi Agile (kelincahan, ketangkasan, kecepatan, kegesitan) dan prinsip-prinsip lean – bisa membantu bisnis bergerak lebih cepat dengan memotong proses yang mengakibatkan nbanyak waktu terbuang dan menciptakan umpan balik yang lebih pendek dari pelanggan.

“Tentu saja, jika Anda lambat untuk bertindak, tidak responsif dan terfokus hanya pada menjaga ‘lampu tetap menyala’, maka perusahaan Anda akan ingin menemukan CIO yang lain.” Mark Shapland, CIO.com

Anda akan menemukan beberapa prinsip dan metode dari Agile dan pemikiran lean di DevOps. Misalnya, membatasi pekerjaan yang sedang berjalan dan bekerja dalam batch kecil; Pasangan pemrograman; pengiriman terus menerus; termasuk langkah-langkah kualitas di awal siklus pengembangan; pengembangan berdasar pengujian; otomatisasi apa saja yang bisa di otomatisasikan; dan pemantauan, ditambah dengan membuat metrik yang dapat terlihat untuk banyak pihak. Terus menerus belajar dan melakukan perbaikan juga merupakan bagian inti dari DevOps, sehingga Anda akan melihat praktek ini dimana pengembang dan operasional IT yang berkolaborasi dalam masing-masing tugas dan perencanaan yang cepat dapat di eksekusi bersama.

Kesimpulan:

Mendapatkan proses yang tepat dan alat-alat yang ideal dapat meningkatkan kualitas perangkat lunak. Tapi mereka memberikan manfaat penting lainnya juga. DevOps toolchain dan praktek untuk meningkatkan bagaimana tim dapat bekerja dengan mengandalkan kolaborasi yang lebih besar dan lebih cepat, mendapat loop umpan balik lebih sering. Umpan balik yang lebih cepat memungkinkan tim belajar jauh lebih cepat dari evaluasi operasional dan dari pelanggan. Sehingga mereka dapat membangun inovasi teknis dan proses dalam siklus rilis software – dan memuaskan pelanggan juga tentunya.

Pilihan saat ini bagi para CIO adalah untuk mempercepat transformasi digital di seluruh organisasi. Menerapkan pola pikir atau prinsip DevOps dapat mempercepat transformasi digital tersebut. Jika tidak, maka pihak lain atau pesaing yang akan melakukannya.

 

Advertisement

Kategori

Powered by

digital marketing specialist
Jasa SEO Indonesia Terbaik

Artikel Terkait

Pin It on Pinterest

Share This